RI Masih Rentan Kebocoran Data Meski Punya PDP, Apa Masalahnya?

Estimated read time 3 min read

KasusĀ  masih juga terjadi, meskipun Indonesia saat ini sudah miliki Undang-undang Perlindungan Data Pribadi (). Lalu, dalam mana letak masalahnya?

Panji Wasmana, National Technology Officer Microsoft Indonesia mengatakan ada beberapa total faktor yang yang disebut menimbulkan kasus kebocoran data masih rentan dalam dalam negeri, meskipun sudah ada UU PDP. Faktor pertama, menurutnya adalah mengamankan data besar membutuhkan proses juga waktu yang dimaksud itu tiada sebentar.

“Jadi, mengamankan sesuatu itu membutuhkan proses ya. Effort ini enggak sedikit, dalam artian, kalau kita lihat UU PDP itu kan sebenarnya perlindungan data pribadi. Kalau kita lihat tiada ada semua data pribadi ada di area area dalam company,” kata Panji di dalam tempat kantor Microsoft Indonesia, Jakarta, Rabu (18/10).

“Jadi perlu pemahaman tambahan tinggi lanjut bagaimana dia mengidentifikasi sebuah data itu masuk data personal atau tidak. juga ketika sudah tahu data tersebut, next step-nya adalah bagaimana kita melakukan konfirmasi data itu terproteksi,” imbuhnya.

Menurutnya data yang digunakan terproteksi itu juga harus dilihat lagi runutannya, seperti tujuan penyelenggaraan data, database penyimpanan data, lalu perlunya membatasi siapa hanya saja yang dimaksud dapat mengakses data tersebut.

Ia menjelaskan dengan hal-hal hal itu juga membutuhkan konstruksi kegiatan ekonomi yang digunakan itu tidaklah sedikit serta pelatihan-pelatihan yang dimaksud tidaklah sebentar.

“Ketika saya ditanya teman-teman industri, dari mana kita mulai, saya bilang untuk mengamankan sesuatu adalah understanding apa yang digunakan perlu kita amankan. Kedua, ada dalam area mana, level risk exposure ada dalam mana,” jelasnya.

Panji mengatakan level risiko kebocoran data dapat menentukan level kesesuaian yang digunakan akan dicapai kemudian investasi modal keamanan siber seperti apa yang digunakan dibutuhkan. Dan, menurutnya, hal ini juga membutuhkan proses yang digunakan bertahap.

Menurut dia terkadang pembangunan ekonomi mampu sekadar jadi bukan ada mencukupi, bahkan tingkat kesadarannya bukan ada ada di dalam area level risiko tersebut.

“Itu mengapa kebocoran data masih terjadi sekarang,” ujar dia.

Cegah kebocoran data dengan AI, efektifkah?

Menurut Panji teknoloti kecerdasan buatan (AI) sanggup menjadi salah satu alat untuk mencegah kebocoran data. Sejumlah perusahaan teknologi pun sudah menggunakan AI untuk melakukan tersebut.

Menurutnya perusahaan-perusahaan teknologi besar memanfaatkan AI untuk menganalisa perilaku dari user. Misalnya, AI dapat digunakan sebagai alarm bagi tindakan ‘sembrono’ dari karyawan sebuah perusahaan.

“Contoh kalau sering mengakses dokumen a, b, c serta juga tiba-tiba membuka dokumen lain tengah malam kemudian dalam area luar kantor, kemudian di-download banyak dokumen itu mampu sekadar memberikan alert bahwa ada misbehaviour dari sisi pribadi user. Itu yang dimaksud mana udah kita punya dari teknologi berjauhan hari,” jelas dia.

“AI digunakan untuk menghasilkan sistem lebih banyak lanjut cerdas juga juga mampu mengenali beberapa pattern yang mana dimaksud tersembunyi dari aktivitas user, tapi sekali lagi, ini bukan semata-mata terkait sistem AI, tapi juga user-nya,” papar dia.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours