Kominfo Antisipasi Potensi Adu Domba Gara-gara AI di tempat pilpres 2024

Estimated read time 3 min read

Kementerian Komunikasi juga Informatika () mengantisipasi adu domba dengan menggunakan video kecerdasan buatan () dalam momen .

Penggunaan AI dalam masa kampanye pilpres 2024 memang menjadi kegelisahan berbagai pihak. Pasalnya, teknologi ini diprediksi dapat menyebabkan disinformasi lalu hoaks semakin merajalela.

“Ini sedang mengkaji bagaimana artificial intelligence nanti kan ke depannya makin canggih. Jangan-jangan Bu Vero (Ketua Dharma Pertiwi) mukanya disamarin berantem deh sejenis tetangga. Diedit diadu domba seperti itu, diedit gitu doang. Makanya kami sedang mengkaji etik untuk AI lantaran ini penting,” ujar Menkominfo Budi Arie Setiadi, ketika ditanya tentang kemungkinan hoaks AI saat pemilu, Jakarta, Kamis (19/10).

Budi menyebut AI mempunyai kesempatan kebermanfaatan yang dimaksud digunakan sangat besar. Namun, teknologi ini juga miliki kemungkinan merusak yang dimaksud dimaksud identik besarnya.

“Iya, apalagi nanti pemilu. Orang bisa saja jadi berantem oleh sebab itu AI. Yang tadi saya contohin, coba suara, muka kamu difitnah. Berantem enggak? Padahal hasil AI,” tuturnya.

Untuk mengawal kesempatan tersebut, Budi mengaku pihaknya tengah melakukan kajian terkait regulasi yang mana dimaksud mungkin dihadirkan, mulai dari dampak AI hingga etika penggunaannya.

Sebelum regulasi itu rampung, ia mengimbau masyarakat untuk berhati-hati terhadap hoaks, fitnah, serta juga ujaran kebencian.

Hoaks atau misinformasi pada masa sekarang hadir dalam bentuk yang dimaksud dimaksud sangat canggih, salah satunya deepfake. Deepfake adalah teknik manipulasi konten video lalu ucapan yang mana digunakan mengandalkan kecerdasan buatan.

Menurut perusahaan keamanan siber Kaspersky dalam keterangan resminya, teknologi ini kemungkinan besar diprediksi akan datang digunakan untuk mempengaruhi situasi juga opini rakyat jelang pilpres 2024.

Penelitian Kasperksy juga mengungkap terdapat permintaan yang yang disebut signifikan terhadap deepfake. Dalam beberapa kasus, terdapat kemungkinan permintaan deepfake dari individu terhadap target tertentu seperti selebriti atau tokoh politik.

Menurut Head of Government Affairs and Public Policy for Asia-Pacific, Japan, Middle East, Turkey and Africa Regions Kaspersky Genie Sugene Gan, teknologi deepfake sebetulnya tidaklah berbahaya, namun dalam tempat tangan penipu, teknologi ini dapat menjadi alat kejahatan. Maka dari itu, ia mengajak seluruh pihak membangun kesadaran serta kewaspadaan terhadap teknologi deepfake juga kemungkinan eksploitasinya.

Sebagai contoh, beberapa waktu lalu menyebar pendapat mirip Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyanyikan lagu ‘Asmalibrasi’ milik band Soegi Bornean. Suara yang dimaksud terdengar dalam video yang tersebut disebut dinilai mirip dengan ucapan asli Jokowi.

Raksasa teknologi Microsoft juga mewanti-wanti prospek bahaya AI pada pilpres 2024. Salah satunya adalah pemakaian AI yang mana dapat menghasilkan disinformasi menyebar luas.

Panji Wasmana, National Technology Officer Microsoft Indonesia mengungkap AI mampu semata cuma dipakai untuk “tujuan yang mana dimaksud tidaklah baik” seperti memunculkan disinformasi selama pilpres 2024.

“Kalau menggunakan beberapa tools seperti llm (large language models), search engine atau apa pun, coba ketik siapa pemenang presiden, bagaimana menjadi presiden 2024, akan keluar sebuah informasi. Dan kita akan mudah melakukan disinformasi pada dalamnya. Itu kemungkinan dapat semata terjadi dengan melakukan teknologi AI,” kata Panji dalam kantor Microsoft Indonesia, Jakarta, Rabu (18/10).

“Kita dapat hanya menggunakan teknologi AI untuk targeted campaign bahkan,” ujarnya menambahkan.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours